Bisa menerbitkan buku ber-ISBN merupakan impian setiap penulis. Selain diakui secara internasional, buku ber-ISBN juga penting untuk meningkatkan profesionalitas dan kredibilitas seorang penulis.
Itulah mengapa banyak penulis yang berbondong-bondong mengajukan ISBN untuk bukunya. Minat yang tinggi terhadap ISBN ini membuat permintaan pengajuan ISBN membludak selama beberapa tahun terakhir.
Daftar isi
ToggleIni Dia 11 Daftar Buku yang Tidak Bisa Mendapatkan ISBN
Nah karena hal tersebut, pada tahun 2022, Perpusnas RI telah menetapkan ketentuan mengenai daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN. Apa saja kira-kira daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN? Artikel kali ini akan membahasnya lebih lanjut.
Pengertian ISBN
ISBN (International Standard Book Number) adalah kode unik berupa deretan angka yang berguna sebagai alat identifikasi buku yang berlaku secara internasional.
Artikel yang sesuai:
ISBN terdiri dari 13 digit angka yang memuat informasi mengenai judul buku, nama penulis, nama penerbit, kelompok penerbit, hingga angka terbitan buku yang berlaku secara internasional.
Lembaga yang berkewenangan mengeluarkan ISBN berpusat di London, Inggris. Sementara di Indonesia, ISBN hanya bisa dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI).
Manfaat Menerbitkan Buku ber-ISBN
Membludaknya permintaan nomor ISBN seperti yang sudah disinggung di awal menunjukkan bahwa terdapat begitu banyak manfaat menerbitkan buku ber-ISBN. Apa saja manfaatnya? Mari simak informasi di bawah ini!
- Buku ber-ISBN memungkinkannya mampu menjangkau pasar global karena telah terindentifikasi secara internasional
- Membantu meningkatkan karier dosen karena buku ber-ISBN diakui Ditjen Dikti dan bisa meningkatkan nilai kredit poin (KUM) guna mengajukan kenaikan pangkat akademik
- ISBN dapat mempermudah proses distribusi dan penjualan buku
- Mencegah terjadinya kesalahan pemesanan buku karena buku sudah memiliki identitas yang jelas
- Buku ber-ISBN dapat meningkatkan kredibilitas dan profesionalitas penulis maupun penerbit
- Membantu masyarakat mendapatkan bahan bacaan berkualitas karena buku ber-ISBN dinilai memiliki kualitas tinggi.
Mengapa Muncul Pembatasan Buku ber-ISBN?
Terdapat dua alasan mengapa kemudian ketentuan pembatasan buku ber-ISBN ini ditetapkan oleh Perpusnas. Berikut ini alasannya yang perlu penulis pahami:
1. Terjadinya krisis ISBN
Adanya pembatasan buku yang diterbitkan dengan ISBN ini muncul akibat krisis ISBN yang terjadi sekitar tahun 2020. Yang mana pada waktu itu bertepatan dengan adanya pandemi covid-19 dan pemberlakuan berbagai aktivitas dari rumah sebagai upaya penanganannya.
Hal tersebut memungkinkan produktivitas masyarakat dalam menulis semakin meningkat. Alhasil, minat masyarakat untuk menerbitkan buku dan mengajukan ISBN-nya pun semakin tinggi.
Akibatnya, ISBN mengalami krisis. 1 juta nomor ISBN yang dialokasikan untuk Indonesia oleh Internasional ISBN Agencies di London, Inggris pada 2018, sudah terpakai hampir 80% di tahun 2023. Padahal, alokasi ISBN tersebut seharusnya diperuntukkan hingga tahun 2028.
Melansir UNS Press (2022), terjadi lonjakan jumlah pengajuan ISBN pada tahun 2022 yang mencapai 208.191 judul buku di seluruh Indonesia.
Sementara itu, data terbaru di tahun 2023 menunjukkan bahwa jumlah total nomor ISBN yang telah terpakai adalah 728.389. Ini menunjukkan bahwa dari total 1 juta nomor ISBN yang dialokasikan untuk Indonesia, kini hanya tersisa sekitar 270.000 saja. Sedangkan alokasi untuk ISBN baru akan diadakan kembali tahun 2028.
2. Buku batal terbit
Alasan kedua mengapa muncul pembatasan buku ber-ISBN adalah adanya keluhan dari pihak penyelenggara ISBN terkait buku-buku yang batal terbit padahal sudah mendapatkan nomor ISBN.
Selain itu, ada pula buku-buku yang sudah terbit tetapi tidak dicetak atau diproduksi dan dipasarkan kepada masyarakat luas. Dengan kata lain, buku tersebut hanya dicetak untuk kalangan pribadi saja.
Padahal, salah satu manfaat menerbitkan buku ber-ISBN adalah mempermudah proses distribusi dan penjualan buku. Ini berarti bahwa buku yang didaftarkan ISBN harus buku yang diperuntukkan bagi masyarakat luas atau tidak diproduksi untuk kalangan sendiri.
Daftar Buku yang Tidak Bisa Mendapatkan ISBN
Karena alasan tadilah, di tahun 2022 Perpusnas RI kemudian memberlakukan ketentuan mengenai pembatasan buku ber-ISBN. Hal ini bertujuan agar penggunaan ISBN bisa tepat sasaran, tidak sia-sia, dan terhindar dari krisis ISBN lagi di masa mendatang.
Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini 11 daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN sesuai ketentuan dari Perpusnas RI:
1. Modul atau panduan praktikum
Modul atau panduan praktikum adalah bahan ajar yang disusun oleh dosen untuk mendukung pembelajaran pada mata kuliah tertentu dan hanya diperuntukkan bagi mahasiswa program studi tertentu.
2. Diktat
Diktat adalah bahan ajar yang disusun oleh dosen dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Tujuan penyusunan diktat ialah sebagai pendamping proses pembelajaran mata kuliah tertentu.
Selain itu, pendistribusian diktat juga cenderung terbatas pada kalangan mahasiswa yang mengambil mata kuliah dosen bersangkutan.
3. Policy brief
Policy brief merupakan sebuah dokumen yang disusun secara ringkas dan netral. Dokumen ini berfokus pada isu tertentu serta mengandung pembahasan tentang temuan dan rekomendasi untuk mengatasi sebuah permasalahan.
Police brief ini menjadi jembatan komunikasi antara penganalisis kebijakan yang telah menganalisis dan meneliti berbagai kebijakan untuk membantu stake holder dalam mengambil keputusan.
Pada umumnya, police brief dipublikasikan hanya untuk kalangan tertentu yakni pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan sehingga tidak perlu mendapatkan ISBN.
4. Policy paper
Selain police brief, ada pula policy paper yang juga menjadi salah satu daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN. Apa itu policy paper?
Policy paper adalah tulisan yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang membahas mengenai isu atau kebijakan tertentu. Selain itu, policy paper juga memuat saran dan solusi bagi para pemangku kebijakan dalam mengambil keputusan.
Policy paper juga sering kali ditujukan kepada kalangan tertentu dan tidak didistribusikan atau dijual secara umum. Inilah mengapa pemberian ISBN tidak diperlukan untuk policy paper.
5. Tugas sekolah atau kuliah dan laporan hasil kegiatan
Tugas sekolah atau kuliah dan laporan hasil kegiatan juga termasuk daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN. Hal ini disebabkan buku hasil tugas sekolah atau kuliah dan laporan kegiatan sering kali hanya diperuntukkan bagi kalangan terbatas dan tidak didistribusikan atau dijual di toko-toko buku.
6. Book chapter
Daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN berikutnya adalah book chapter. Book chapter adalah jenis buku yang memuat kumpulan karya tulis ilmiah dengan satu tema pembahasan.
Jika format buku belum diubah ke format buku umum, maka book chapter tidak bisa mendapatkan ISBN. Dengan kata lain untuk memperoleh ISBN, format book chapter harus diubah menjadi format buku umum terlebih dahulu. Untuk itu, kamu bisa memanfaatkan jasa konversi KTI menjadi buku.
7. Prosiding seminar nasional/internasional
Untuk jenis terbitan berupa prosiding seminar nasional atau internasional juga termasuk daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN. Perpusnas RI menyarankan agar penulis mengajukan ISSN, bukan ISBN untuk jenis terbitan ini.
8. Hasil penelitian atau KTI yang belum dikonversi ke buku umum
Karya tulis ilmiah yang belum diubah ke format buku umum juga tidak bisa didaftarkan ISBN-nya. Jika kamu ingin menerbitkan dan memperoleh ISBN-nya, maka kamu perlu mengubahnya menjadi buku terlebih dahulu dengan menggunakan jasa konversi KTI menjadi buku.
Hal ini bertujuan agar bahasanya lebih mudah dipahami masyarakat dari berbagai kalangan. Sebab, karya tulis ilmiah sering kali berbahasa kaku dan hanya bisa dipahami kalangan akademisi saja.
9. Laporan lembaga internal
Daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN selanjutnya adalah laporan lembaga internal. Hal ini dikarenakan laporan lembaga internal ditujukan hanya untuk kalangan tertentu dan tidak didistribusikan ke toko-toko buku online maupun fisik.
10. Buku catatan atau diary
Sama halnya dengan laporan lembaga internal, buku catatan atau diary juga hanya dikonsumsi untuk kalangan sendiri, tidak dipublikasikan untuk masyarakat luas, atau didistribusikan melalui toko buku sehingga tidak bisa mendapatkan ISBN.
11. Buku antologi
Buku antologi adalah jenis buku yang ditulis oleh dua penulis atau lebih. Biasanya, buku antologi berisikan kumpulan karya penulis baik berupa cerpen, puisi, atau karya sastra lainnya.
Buku antologi juga ditujukan untuk komunitas tertentu dan tidak didistribusikan secara luas ke toko-toko buku sehingga tidak bisa memperoleh ISBN.
Nah, demikian tadi sebelas daftar buku yang tidak bisa mendapatkan ISBN. Semoga dengan adanya kebijakan baru dari Perpusnas RI terkait pembatasan buku ber-ISBN ini alokasi ISBN menjadi lebih tepat sasaran, ya.
Jika kamu sudah memiliki naskah siap terbit dan ingin menerbitkannya ber-ISBN, Halo Penulis siap menemani perjalananmu dari awal sampai bukumu berhasil diterbitkan, dicetak, hingga dipasarkan dengan kualitas maksimal namun tetap hemat budget. Simak informasi selengkapnya di link berikut: Jasa Penerbitan Buku ber-ISBN, Proses Cepat, dan Berkualitas.





