5 Tips Membuat Cerpen yang Berkualitas dan Layak untuk Dibaca

5 Tips Membuat Cerpen yang Berkualitas dan Layak untuk Dibaca

Apakah kamu termasuk orang yang sulit dalam membuat cerpen? Apakah kamu salah satu orang yang merasa sudah membuat cerpen dengan baik, tetapi selalu saja ditolak? Baik itu ditolak surat kabar, sampai kalah di lomba menulis cerpen.

Apabila kamu adalah salah satu dari mereka, kamu tidak perlu bersedih. Menulis cerpen memang berbeda dengan novel! Kemampuan kamu meramu cerita dengan jumlah kata yang terbatas adalah salah satu titik krusialnya.

5 Tips Membuat Cerpen yang Berkualitas dan Layak untuk Dibaca

Pada kesempatan kali ini, kami akan memberikan lima tips membuat cerpen. Harapannya, supaya kamu bisa menciptakan karya berkualitas dan layak untuk dibaca. Berikut ini adalah lima tips tersebut:

Memberi Batasan

Dari beberapa banyak cerpen yang pernah saya baca yaitu cerpen yang berhasil lolos editor Detak Pustaka, poin terpenting adalah memberi batasan. Batasan apakah itu?

Batasan yang dimaksud ini cukup beragam. Mulai dari memberi batasan jumlah tokoh, sampai dengan terkait lingkup cerita.

Kita tahu pasti bahwa jumlah tokoh dalam cerpen memang terbatas, dan saya yakin kamu bisa mengatasinya. Sekarang saya akan lebih fokus pada cerita di dalam cerpen, yaitu:

1. Membatasi setting waktunya

Umumnya, cerita di dalam cerpen itu memakai setting tunggal. Misalnya kejadian cerita terjadi di satu tempat saja dan dalam durasi waktu yang terbatas. Waktu yang terbatas itu maksudnya bagaimana?

Waktu yang terbatas itu maksudnya adalah keseluruhan cerita bila kita mengimajinasikan itu terjadi dalam kurun waktu yang singkat. Bisa hanya 1 jam sampai 1 hari saja.

Contohnya dalam cerpen berjudul “Setelah Mati Suri” karya Alfina Fera Agustin. Cerpen bergenre horor ini apabila kamu membacanya peristiwa yang terjadi di dalam cerita tersebut singkat dan ringkas. Tidak sampai bergonta-ganti hari.

2. Membatasi ide ceritanya

Ide cerita dalam cerpen cenderung sederhana tapi tetap berbobot. Bahkan dengan sebuah cerpen, ide yang sederhana ini justru semakin bernilai. Namun, tentu saja kemahiran kamu dalam merangkai cerita tetap diperlukan.

Contohnya lagi dalam cerpen berjudul “Hal yang Hilang” karya Kirana Amara Putri. Bisa dibilang judul cerpen ini mengangkat isu yang sederhana. Isu tentang putus cinta, tetapi kemahiran penulis dalam memilih sudut pandang menjadikan menjadi lebih memiliki nilai jual.

Pada intinya sebuah cerpen itu semakin sederhana ide, jika kamu bisa mengemasnya dengan baik maka ide tersebut akan menjadi sebuah karya. Karya yang berkualitas dan pantas untuk dibaca. Poin penting lainnya adalah jangan sampai membuat cerita melebar kemana-mana!

3. Pemilihan adegan yang terbatas

Tips membuat cerpen berikutnya terkait memasukkan adegan. Jangan pernah memasukan adegan tidak penting ke dalam cerpen! Contohnya, jangan membuat kalimat-kalimat klise.

Kalimat yang justru akan membuat pembaca bosan, dan akan mengurangi jatah jumlah kata yang bisa kamu gunakan. Terlebih jika adegan tersebut tidak membuat alur cerita menjadi maju.

Pada intinya jangan membuat adegan yang bertele-tele. Namun, tetap lugas dan tetap bernilai sastra. Kalau nilai sastranya hilang pembaca juga malas untuk membaca cerpen yang kamu tulis.

4. Penokohan yang sederhana

Tips membuat cerpen berikutnya terkait dengan penokohan. Pastikan penokohannya sederhana dan fokus pada cerita satu tokoh.

Penokohan dalam cerpen sebaiknya tidak serumit dalam novel. Kamu hanya perlu menyoroti sebagian kecil karakter tokoh untuk kamu olah menjadi cerita cerpen.

5. Fokus pada satu tokoh

Tips membuat cerpen yang kelima yaitu fokus pada satu tokoh. Terkait dengan tokoh cerita, sebaiknya kamu fokus pada sedikit tokoh. Walaupun nantinya kamu akan membuat cerpen dengan jumlah lima tokoh atau lebih.

Seperti dalam cerpen “Setelah Mati Suri” karya Alfina Fera Agustin. Fokus cerita hanya berfokus pada karakter Dipta. Sampai pada ending cerita terjadi tetap berfokus pada Dipta sebagai tokoh utamanya.

Nah, itulah lima tips membuat cerpen yang bisa kamu terapkan. Apabila kita menyaring lagi, maka poin penting terletak pada “memberi batas” dan tetap membumbuinya dengan bumbu sastra.

Tinggalkan Komentar