Cerpen dan Hikayat: Pengertian, Karakteristik, dan Perbedaannya

Cerpen dan Hikayat: Pengertian, Karakteristik, dan Perbedaannya

Cerpen dan Hikayat merupakan dua jenis karya sastra yang memiliki ciri khas unik. Meskipun keduanya memiliki beberapa persamaan, tetapi terdapat pula perbedaan di antara keduanya.

Cerpen dan Hikayat: Pengertian, Karakteristik, dan Perbedaannya

Lalu, apa yang membedakan keduanya? Dalam artikel ini kita akan membahas pengertian cerpen dan hikayat, karakteristiknya, serta perbedaan diantara keduanya.

Pengertian Cerpen dan Hikayat

Berikut ini pengertian cerita pendek dan hikayat:

Pengertian cerpen

Cerpen merupakan bentuk sastra modern dalam bentuk prosa pendek yang mengeksplorasi cerita seputar satu tokoh utama. Meski dapat melibatkan beberapa tokoh, tetapi fokus cerita pendek cenderung pada pengembangan tokoh utama dengan detail.

Selain itu, cerpen sering mengandung pesan dari pengarang, yang bisa berupa kritikan, saran, atau nasihat, baik secara eksplisit di tengah atau akhir cerita. Beberapa pengarang juga menyampaikan pesan secara implisit atau tidak langsung melalui jalan cerita dan karakter tokoh.

Pengertian hikayat

Sementara itu, hikayat adalah suatu bentuk karya sastra lama dalam bentuk prosa, yang mengisahkan kisah-kisah dari masa lampau. Secara lebih khusus, hikayat sering diidentifikasi sebagai cerita rakyat atau cerita klasik Melayu.

Pada umumnya, hikayat menggunakan bahasa Melayu yang sesuai dengan konteks zamannya. Dalam hikayat, cerita-cerita tersebut memaparkan berbagai aspek kehidupan, nilai, dan pengalaman masyarakat pada masa yang telah berlalu.

Karakteristik Cerpen dan Hikayat

Berikut ini adalah karakteristik dalam cerpen maupun hikayat:

Karakteristik cerpen

  • Jumlah katanya terbatas: Cerpen memiliki jumlah kata yang terbatas, biasanya kurang dari 10.000 kata.
  • Ceritanya beragam: Cerpen mencakup beragam cerita dan latar belakang, sering kali mengambil inspirasi dari kehidupan sehari-hari seperti anak sekolah, rumah tangga, atau kejadian di kantor.
  • Fokus pada satu kejadian: Cerpen cenderung berfokus pada satu masalah atau kejadian, yang mengisahkan bagaimana tokoh menghadapinya.
  • Penokohan yang sederhana: Penokohan dalam cerpen cenderung sederhana, dengan watak tokoh yang diceritakan secara singkat dan tidak mendalam.

Karakteristik hikayat

  • Anonim: Pencerita atau pengarang hikayat tidak diketahui karena umumnya disampaikan secara lisan dan diyakini sebagai kisah nyata.
  • Kemustahilan dan Kesaktian: Hikayat cenderung mengandung unsur-unsur yang tidak masuk akal, dengan tokoh-tokohnya sering memiliki kesaktian atau kekuatan khusus.
  • Istana Sentris: Latar belakang hikayat sering kali berpusat di sekitar kerajaan atau negeri yang dipimpin oleh seorang raja.
  • Tradisional: Hikayat memiliki struktur atau gaya penceritaan yang klise karena sering mempertahankan kebiasaan atau tradisi masyarakat pada masa lampau.

Perbedaan

Meskipun cerita pendek dan hikayat menggunakan majas dan konjungsi untuk memperkaya cerita, namun terdapat perbedaan yang mencolok diantara keduanya. Berikut ini perbedaan diantara keduanya:

1. Bahasa yang digunakan

Perbedaan pertama, terletak pada bahasa yang digunakan. Cerpen biasanya menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa sehari-hari yang mudah dipahami oleh banyak orang.

Sedangkan hikayat menggunakan bahasa Melayu klasik dan sering kali memakai kata arkais. Kata-kata ini dianggap kuno atau jarang digunakan untuk saat ini.

2. Penggunaan Majas

Perbedaan berikutnya yaitu penggunaan majas. Majas dalam cerpen digunakan untuk menggambarkan hal yang lebih luas dan tidak terbatas pada tokoh saja.

Sementara itu, penggunaan majas pada hikayat lebih fokus untuk menggambarkan karakter tokoh. Majas seperti antonomasia, metafora, hiperbola, dan majas simile digunakan dengan penekanan pada pengembangan karakter.

3. Penggunaan konjungsi temporal

Perbedaan terakhir, terletak pada penggunaan konjungsi temporal. Konjungsi ini merupakan kata penghubung untuk menyatakan urutan waktu dalam suatu kejadian.

Cerita pendek biasanya menggunakan konjungsi yang populer dan mudah dipahami di zaman modern.

Contoh: lalu, sebelumnya, selanjutnya, sesudah, semenjak, setelah itu.

Sedangkan, penggunaan konjungsi pada hikayat sering kali memakai kata arkais atau kata yang sudah tidak lazim digunakan di zaman sekarang.

Contoh: alkisah, sebermula, kalakiah, arkian, hatta atau ata, dan maka.

Dengan memahami antara cerpen dan hikayat, diharapkan kita dapat lebih mengapresiasi kedua jenis sastra ini. Setiap jenis karya sastra memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri, dan memberikan pengalaman membaca yang berbeda bagi para pembaca.

Tinggalkan Komentar