Suara Karakter: Pengertian dan 5 Tips Menciptakannya

Suara Karakter: Pengertian dan 5 Tips Menciptakannya

Novel terdiri dari banyak karakter mulai dari tiga, empat, lima, bahkan bisa ada sepuluh karakter. Dengan demikian, keahlian Kamu dalam memberikan suara karakter kepada tokoh novel itu sangat penting.

Sebab, novel bukanlah karya visual yang dapat dilihat. Melainkan berupa tulisan yang mana apabila Kamu tidak pandai membuatnya maka pembaca akan kesulitan dalam memvisualisasikan narasi tulisanmu tersebut.

Suara Karakter: Pengertian dan 5 Tips Menciptakannya

Disinilah peran penting suara karakter akan digunakan. Untuk lebih lengkapnya silakan menyimak uraian berikut ini:

Pengertian Suara Karakter

Suara karakter adalah bagaimana kepribadian atau karakter dari tokoh di novel yang Kamu tulis dalam mengekspresikan diri. Baik mengekspresikan diri secara fisik maupun dari sisi jiwa atau emosionalnya dan bersifat unik untuk setiap tokoh.

Mengapa demikian? Sebab, dengan cara inilah pembaca dapat membedakan bagaimana karakter tokoh yang satu dengan yang lainnya.

Apa Saja Tips Menciptakannya?

Untuk menciptakannya Kamu bisa mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:

1. Backstory karakter

Cerita latar atau latar belakang atau backstory karakter tokoh sangat berpengaruh terhadap suara karakter. Contohnya karakter Bujang dalam novel Pulang karya Tere Liye.

Bujang digambarkan sebagai anak yang berasal dari rimba Sumatera dan tidak mengenyam pendidikan formal. Lalu akibat suatu peristiwa, akhirnya Bujang dibawa oleh Tauke ke ibukota provinsi untuk diasuh.

Pada masa awal kedatangannya ke ibukota provinsi, Bujang berharap bisa menjadi tukang pukul bukannya bersekolah. Dia ngotot ingin menjadi tukang pukul!

Kutipan narasinya seperti ini:

… “Kau harus sekolah Bujang.” Tauke besar menatapku marah, wajahnya tidak suka.

Aku menggeleng.

“Kau harus sekolah, BUJANG!” Tauke Besar membentakku.

Niatku sudah kokoh. Aku tidak datang sejauh ini ke kota besar hanya untuk sekolah. Aku tidak membunuh babi raksasa itu hanya untuk kemudian disuruh belajar.

Novel Pulang karya Tere Liye halaman 57.

Hingga suatu ketika, Bujang menerima tes untuk menjadi tukang pukul. Namun, apa daya usianya yang masih kecil membuatnya terkalahkan.

2. Usia

Usia tokoh sangat berpengaruh terhadap suara karakter. Bahkan seorang tokoh, seiring dengan alur cerita yang terus maju akan memiliki suara karakter yang berbeda dengan sebelumnya. Contohnya dalam kutipan narasi novel Pulang karya Tere Liye berikut ini:

Kutipan pertama:

… “Lakukan, Bujang! Semua kalimatku adalah perintah di rumah ini. Kau akan mendapatkan hukuman serius jika menolak.” Tauke Besar berseru, ikut mendesak.

Novel Pulang karya Tere Liye halaman 187.

Kutipan kedua:

… “Apanya yang tidak? Bukankah kau sudah ku minta datang ke sini sejak pagi?” Orang dengan tubuh gempal, mata sipit, semakin berseru marah. Rambutnya yang memutih bergerak-gerak. Usianya sudah tujuh puluh tahun, tangannya teracung galak. …

Novel Pulang karya Tere Liye halaman 62.

Kutipan narasi yang pertama terjadi pada saat Tauke Besar masih usia muda dan masih bugar. Sedangkan yang kedua terjadi saat usia Tauke Besar yang sudah semakin menua. Kamu dapat merasakan perbedaannya, bukan?

3. Kepribadian

Kepribadian seorang tokoh menjadi salah satu faktor dalam menentukan suara karakter untuk masing-masing tokoh novel. Kepribadian tersebut misalnya apakah dia introvert atau ekstrovert.

Ketika kamu memulai menulis penting untuk mengeksplorasi atau riset mendalam tentang kepribadian melalui tipe MBTI karakter. Setelahnya kamu dapat dengan mudah mengeksplorasi bagaimana suara karakter dengan tipe MBTI tersebut.

4. Kedudukannya di masyarakat

Kedudukan seseorang di masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap suara karakter tokoh. Sebagai contoh dalam novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. 

Mamaknya Hayati adalah seorang bergelar Datuk yang tinggal di Batipuh, Minangkabau. Dia memiliki suara karakter yang tegas, tidak suka dibantah, dan mendominasi percakapan. Untuk lebih detailnya silakan kamu baca kutipan narasi berikut ini:

… “Angkatlah kepalamu Zainuddin, berilah saya kata putus,” ujar Datuk … pula.

Diangkatnya kepalanya dan kelihatan air matanya merapi. “Berilah saya keputusan, berangkatlah!”
“Ba… iklah, Engku!”

Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wick halaman 7.

Nampak berbeda, bukan? Antara suara karakter Mamak dengan Zainuddin?

5. Pendidikan

Ketika membuat suara karakter kamu juga perlu memperhatikan pendidikan tokoh novelmu. Sebab antara orang yang berpendidikan dan tidak berpendidikan akan memiliki cara berbicara yang sangat berbeda.

Namun, hal tersebut juga tergantung dengan kepribadian tokoh. Apabila tokoh memiliki kepribadian yang rendah hati tutur kata suara karakternya akan cenderung lembut dan meneduhkan. Sementara itu orang yang berpendidikan, tetapi kepribadiannya sombong suara karakternya cenderung sinis, sombong, dan suka pamer.

Lalu untuk orang yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah cenderung polos dalam berbicara. Seperti tokoh Kopong dalam novel Pulang karya Tere Liye yang bisa kamu lihat melalui cuplikan narasi berikut ini:

“… Mansur dan beberapa staf pentingnya juga membaca skripsimu, aku menyuruhnya. Hanya Kopong yang tidak, dia pusing dan mual-mual macam sedang hamil setelah membaca dua halaman. “

Nah, itulah beberapa hal tentang suara karakter tokoh novel. Sebenarnya ada lagi hal yang bisa kamu pertimbangkan untuk menciptakan suara karakter selain lima di atas. Seperti dari mana asal tokoh novelmu, bagaimana dialeknya, bagaimana respon mereka terhadap masalah, dan lain sebagainya.

Cukup banyak bukan hal yang bisa kamu pertimbangkan? Perlu kamu catat ya, bahwa suara karakter ini memang sedikit membingungkan untuk dipelajari.

Namun, apabila kamu telah menemukan celah untuk mengatasinya, proses ini akan menjadi proses yang menyenangkan. Untuk itu sering-seringlah berlatih dan rajin membaca novel karya penulis lain.