Membangun emosi pembaca melalui cerpen dan karya fiksi lainnya merupakan salah satu tujuan yang perlu kamu capai dalam penulisan karya sastra. Dengan emosi yang kuat, pembaca bisa ikut merasakan atau terhubung dengan karakter dan alur cerita yang kamu buat.
Membangun emosi yang kuat di dalam cerpen juga penting untuk menjaga pembaca agar setia mengikuti ceritamu hingga akhir. Dengan begitu, pesan moral yang terkandung di dalam cerpenmu pun bisa tersampaikan dengan baik kepada pembaca.
Membangun Emosi Pembaca Melalui Cerpen yang Kamu Tulis, Ini 7 Strateginya
Melihat betapa pentingnya membangun emosi pembaca melalui cerpen tersebut, ada baiknya kamu menerapkan beberapa tips atau strategi membangun emosi pembaca yang akan dibahas pada artikel kali ini. Baca dan pahami uraian berikut hingga akhir, ya!
1. Kenali Emosi yang Ingin Disampaikan
Pertama, untuk membangun emosi pembaca melalui cerpenmu adalah dengan mengenali emosi yang ingin kamu sampaikan. Apakah kamu ingin membuat pembaca merasakan kesedihan, kebahagiaan, amarah, kekecewaan ataukah perasaan-perasaan lainnya?
Mengenali emosi yang ingin kamu sampaikan tersebut penting agar bisa membantu kamu dalam menentukan kata-kata atau diksi dan teknik yang tepat untuk meraih tingkatan emosional yang kamu inginkan di dalam cerita.
2. Pilih Diksi yang Mendalam dan Punya Kekuatan Emosional
Diksi merupakan salah satu aspek yang berdampak penting untuk membangun emosi di dalam cerpen dan karya fiksi lainnya. Melalui diksi yang mendalam dan punya kekuatan emosional, kamu bisa membuat pembaca ikut terhanyut dalam alur ceritamu.
Selain itu, pilihlah diksi yang relevan atau berhubungan dengan situasi di dalam cerita pendek yang kamu tulis. Sebagai contoh, jika kamu ingin menyampaikan perasaan kecewa seorang tokoh kepada pembaca, kamu bisa menggunakan kata-kata seperti terpukul, terluka, hampa, frustrasi dan lain-lain.
3. Identifikasi Konflik Internal dan Eksternal
Berikutnya, tunjukkanlah konflik yang ada di dalam cerita, baik konflik internal maupun eksternal. Konflik merupakan kunci untuk membangun emosi pembaca melalui cerpen sehingga penting agar kamu menciptakan konflik yang tidak sekadar menarik, tetapi juga mampu membangun emosi yang kuat bagi pembaca.
Ketika emosi di dalam cerpen bisa dirasakan oleh pembaca, mereka akan penasaran dan tertarik mengikuti ceritamu hingga akhir. Pembaca akan tertarik untuk mengetahui jalan apa yang diambil oleh tokoh untuk menyelesaikan permasalahan atau konflik yang tokoh tersebut alami.
Konflik tersebut bisa kamu tunjukkan melalui perselisihan atau pertentangan karakter di dalam cerpen. Apakah konflik berkaitan dengan pertentangan tokoh dengan dirinya sendiri (konflik internal), atau kah pertentangan dengan pihak di luar tokoh (konflik eksternal).
Konflik Internal bisa berupa pergolakan batin tokoh dengan dirinya sendiri. Sebagai contoh, tokoh mengalami kebimbangan dan kehilangan arah dalam menentukan tujuan hidup hingga kisah tokoh yang mengalami titik terendah dalam hidupnya.
Kamu bisa menggambarkan bagaimana tokoh mengalami keraguan dalam setiap keputusan yang akan dia ambil, maupun ketegangan yang dirasakannya untuk membangkitkan empati pembaca.
Sementara itu, konflik eksternal bisa menggambarkan permasalahan atau pertentangan antara tokoh dengan tokoh lainnya di dalam cerpen, dengan lingkungan, kekuatan supranatural, teknologi dan lain sebagainya.
4. Gunakan Deskripsi yang Detail dan Konkret
Strategi selanjutnya untuk membangun emosi pembaca melalui cerpen ialah dengan menggunakan deskripsi yang detail dan konkret dalam menjelaskan setiap peristiwa atau kejadian di dalam cerpen.
Deskripsi yang detail dan konkret akan membantu pembaca untuk ikut merasakan emosi karakter secara lebih nyata atau seolah-olah pembaca juga mengalami peristiwa yang menimpa karakter.
Misalnya, daripada menggunakan kalimat “Dia bahagia“, akan lebih baik jika menggunakan deskripsi seperti ini, “Tanpa terasa, air mata membasahi pipinya saat mengingat berbagai momen menyulitkan dalam hidupnya yang telah berhasil ia lewati”.
Detail tersebut membantu pembaca untuk ikut merasakan kisah haru dan bahagia yang lebih nyata yang dirasakan oleh tokoh karena telah diberikan kekuatan, hingga akhirnya mampu melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.
5. Bangun Dialog yang Kuat dan Penuh Emosi
Selanjutnya, bangunlah dialog antartokoh yang kuat dan penuh emosi untuk membangun emosi pembaca melalui cerpen. Jadi, jangan biarkan cerpenmu hanya berisikan narasi atau deskripsi tanpa menyisipkan dialog di dalamnya.
Selain membuat cerpenmu terasa lebih hidup, dialog yang kuat dan penuh emosi juga bisa membantu memperkuat perasaan yang dialami oleh karakter tokoh dan membuat pembaca merasa terhubung atau terlibat di dalam cerita.
Misalnya, alih-alih menggunakan dialog “Aku merasa kecewa“, kamu bisa menggunakan dialog seperti, “Aku sudah melakukan yang terbaik, tetapi kenapa Tuhan selalu menghadiahiku dengan kegagalan?,” ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
6. Gunakan Majas
Majas merupakan gaya bahasa yang digunakan oleh penulis untuk menyampaikan pesan secara imajinatif atau menggunakan kata-kata kiasan. Majas ini tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan daya tarik pembaca, tetapi juga membantu membuat kalimat menjadi lebih berkesan dan bermakna.
Dengan demikian, majas dalam cerpen bisa membantu membangun emosi pembaca melalui kata kiasan yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa atau perasaan tertentu yang dialami tokoh di dalam cerita.
Di samping itu, penggunaan majas dalam karya sastra juga penting untuk membuat kalimat tertentu menjadi lebih mudah ingat, menciptakan imajinasi yang lebih kuat dan meningkatkan kedekatan antara penulis dengan pembaca.
Misalnya, kamu hendak menggambarkan peristiwa tertentu di dalam cerpen. Alih-alih menggunakan kalimat berikut, “Aku tidak jadi pergi hari ini karena hujan lebat“, kamu bisa mengubahnya menjadi ,” Hujan lebat telah melarangku melangkah pergi dari tempat yang menakutkan ini“.
Kalimat tersebut menggunakan jenis majas personifikasi atau gaya bahasa yang melukiskan benda mati seolah-olah seperti manusia. Yang mana di situ digambarkan bahwa hujan lebat bertindak sebagai manusia yang melarang tokoh untuk melangkah pergi dari tempat yang saat ini tokoh tinggali.
Kalimat yang menggunakan kata kiasan atau majas tersebut membuat peristiwa dalam cerpen menjadi terkesan lebih dramatis sehingga mampu menguras emosi para pembaca.
7. Gunakan Teknik Kecepatan Cerita (Pacing)
Terakhir, membangun emosi pembaca melalui cerpen bisa kamu lakukan menggunakan teknik untuk mengatur kecepatan cerita atau yang disebut pacing. Kecepatan cerita atau pacing ini akan memengaruhi bagaimana emosi bisa dirasakan oleh pembaca.
Sebagai contoh, perlambatlah tempo saat terjadi momen emosional tertentu untuk memberikan waktu kepada pembaca agar bisa meresapi emosi tokoh dalam menghadapi momen tersebut.
Sementara itu, kamu bisa mempercepat tempo saat terjadi ketegangan untuk meningkatkan rasa mendesak atau urgensi di dalam cerita. Dengan mengatur tempo cerita ini, kamu tentunya bisa membangkitkan emosi pembaca yang lebih tinggi.
Nah, itulah tujuh tips atau strategi yang bisa kamu coba untuk membangun emosi pembaca melalui cerpen yang kamu tulis. Tidak hanya itu, strategi di atas juga bisa kamu terapkan untuk membantumu menuliskan cerpen yang menarik dan mampu menyampaikan pesan yang terkandung di dalamnya secara efektif.